Skip to content

margondaselatan/koleksi-musik

Folders and files

NameName
Last commit message
Last commit date

Latest commit

 

History

21 Commits
 
 

Repository files navigation

koleksi-musik

daftar isi

Konvensi penamaan: nama band - nama album

  1. Neutral Milk Hotel - In the Aeroplane Over the Sea (1998)
  2. Young the Giant - Young The Giant (2011)
  3. Mayhem - De Mysteriis Dom Sathanas (1994)
  4. David Bowie - Scary Monsters (and Super Creeps) (1980)
  5. The Strokes - Is This It (2001)
  6. The Cascades - Rhythm Of The Rain (1963)
  7. Tizzy Bac - 我想你会变成这样都是我害的
  8. She & Him - Melt Away: A Tribute To Brian Wilson
  9. Kino - Звезда по имени Солнце

In the Aeroplane Over the Sea

Ditulis oleh: A.C. Pramaditya

Suatu album yang memperkenalkan saya kepada koleksi musik pada genre indie pada periode tahun 1990-an akhir. Lagu-lagu yang bermakna kepada saya secara artistik adalah:

  • King of Carrot Flowers Part 1 s/d 3
  • Holland, 1945

Young The Giant

Ditulis oleh: A.C. Pramaditya

Album ini sebenarnya sudah lama bergaung di telinga saya. Pada tahun 2012 lalu, di-cover lagu Cough Syrup pada salah satu episode Glee dan saya tertarik dengan lagunya dikarenakan elemen emosional lagunya yang niscaya membuat saya tertarik dengan komposisi orisinalnya.

Kemudian saya dipertemukan dengan lagu Apartment, yang dimana videonya benar-benar memberikan saya nostalgia kepada era hipster California 2010-an. Lagu-lagu yang saya sukai pada album ini merupakan:

  • Apartment
  • My Body
  • Guns Out

De Mysteriis Dom Sathanas

Ditulis oleh: F.H. Zuhdi

Album studio pertama dari band black metal legendaris Norwegia, Mayhem ini merupakan salah satu album esensial bagi gelombang kedua black metal. Setelah saya pertama kali mendengar album ini pada tahun 2016 atau 2017, saya menjadi lebih memahami lore dari skena extreme metal di Skandinavia pada dekade 1990-an.

Fakta bahwa album ini adalah satu-satunya album Mayhem di mana Varg Vikernes (Burzum) yang nantinya akan membunuh gitaris Mayhem, Euronymous, juga menjadi salah satu catatan penting dalam mendengarkan karya ini. Secara keseluruhan, karya-karya yang menurut saya merupakan titik tinggi dalam album ini adalah sebagai berikut:

  • Funeral Fog
  • Freezing Moon
  • Pagan Fears
  • De Mysteriis Dom Sathanas

Scary Monsters and Super Creeps

Ditulis oleh: M.I. Ghozali

Album studio ke empat belas dari legenda dunia rock David Bowie. Selama saya menjadi salah satu Mahasiswa di Surabaya, album ini menemani saya menempuh kehidupan anak rantau di tanah orang. Mungkin karena hal tersebut resensi album ini akan sedikit terasa bias, namun menurut saya ini adalah salah satu album Bowie yang underrated jika dibandingkan karyanya yang lain.

Pertama kali mendengarkan album ini saya hanya suka beberapa track saja karena memang beberapa lagu yang ada disini terdengar lumayan aneh dan juga tidak biasa. Namun hal yang tidak biasa ini yang entah kenapa membuat saya merasa teradiksi mendengar bebapa musik disini. Album ini dibuka dengan "It's No Game Pt. 1" yang dengan itu sendiri saja telah menginspirasi saya untuk membuat beberapa karya dalam hidup saya, dan juga ditutup dengan track yang sama (hanya saja yang disini dihilangkan vokalis jepangnya dan Bowie capek teriak teriak). Harus saya sebutkan juga bahwa title track dalam album ini masuk dalam My Forever Favourites untuk saya. Selain itu, dibawah ini adalah track yang saya selalu dengarkan jika mendengarkan album ini (Urutan sesuai nomor track pada album):

  • It's No Game (No. 1)
  • Up the Hill Backwards
  • Scary Monsters (And Super Creeps)
  • Ashes to Ashes
  • Fashion
  • Teenage Wildlife
  • Scream Like a Baby
  • Kingdom Come
  • Because You're Young
  • It's No Game (No. 2)

Is This It

Ditulis oleh: A.C. Pramaditya

Lagu pertama dari Strokes yang saya kenal adalah lagu Under Cover of Darkness pada album mereka Angles yang dirilis pada tahun 2011, saya menemukan lagu ini dari suatu kompilasi lagu di YouTube dan pada saat pertama saya mendengar ritma gitarnya, saya benar-benar suka dan saya menambahkannya ke playlist saya pada 4 Maret 2018. Akan tetapi saya tidak menggali lebih dalam lagi diskografi dari band ini (yang pada saat ini merupakan band modern favorit saya.), dan kemudian dari rentang April 2018 sampai dengan Mei 2018 dan juga 1 titik kecil pada waktu di tahun 2019 awal , saya menambahkan sekitar lebih dari 5 lagu ke playlist-playlist saya. Akan tetapi barulah pada akhir tahun 2019 dan awal bulan 2020 saya kembali bersua dengan lagu-lagu The Strokes, kenapa?

Dikarenakan soundtrack Looking for Alaska yang saya dengarkan setelah saya selesai menonton shownya, benar-benar menyentuh hati saya... apalagi lagu akhirnya; suatu hal yang indah dan kiranya meremukan emosi dalam jantung saya yang dengan membingungkannya berdetak kepada suatu ending yang saya tahu betul. Kembali ke The Strokes, lagu mereka yang berjudul Ask Me Anything mendengung di telinga saya selama beberapa hari dan setelah beberapa bulan, saya memutuskan untuk mendengarkan diskografi mereka dan saya, benar-benar senang dengannya. Bukan saja bahwa lagu-lagu komposisi band The Strokes (yang meruapakan masterpiece hasilan anggota-anggota bandnya yang semuanya memiliki sentuhan artistik yang berbeda-beda dan saling mengkomplemen satu sama lain), tetapi saya juga disambut oleh album baru... yang benar-benar suatu gebyar di dunia musik (yang pada akhirnya memenangkan nominasi Best Rock Album dari Grammy). Bukan saja bahwa saya menikmati kembali musik-musik lawas mereka dari tahun 200an disaat hampir tidak ada teman saya yang mendengarkannya, tetapi karya terbaru mereka dinilai tinggi oleh para ahli; tak semua masterpiece perlu tetap dinikmati di bawah tanah.

Kumpulan lagu yang memberi rasa kepada saya pada album ini adalah:

  • Is This It
  • The Modern Age
  • Soma
  • Barely Legal
  • Someday
  • Last Nite
  • Hard To Explain
  • New York City Cops
  • Take It Or Leave It

Hampir semuanya saya sukai.

Rhythm Of The Rain

Ditulis oleh: A.C. Pramaditya

Penikmatan atas album ini dimulai dari menyelipnya lagu Shy Girl pada radio Spotify saya ketika (kalau tidak salah) saya sedang asik-asiknya mendengarkan lagu-lagu gubahan Ricky Nelson, waktu itu sekitar Maret 2019. Pada saat-saat ini juga saya menemukan buku-buku lawas di loteng rumah saya, buku-bukunya ada yang dari 50an, 60an, 70an, 80an, 90an, 00an, dan 10an; buku-buku 20an kebanyakan saya beli dari warung-warung daring penjual buku, dan ini setelah peristiwa yang menjadi faktor besar dalam selera literatur dan juga audio saya.

Ketika saya mencari lagu The Last Leaf di YouTube, beberapa cover dari orang Indonesia muncul di hasil pencarian. Dari sini, saya mendapatkan emosi anemoia (nostalgia for a time you've never known). Sound processing dari lagu-lagu sini terasa lawas dan saya benar-benar menyukainya, saya bisa membayangkan diri saya sebagai seorang Indonesia yang dikirim menimba ilmu di daerah California dan berpapasan dengan pemuda-pemuda band ini. Lagu-lagu yang menonjol ketika saya dengarkan merupakan:

  • Shy Girl
  • The Last Leaf
  • Dreamin'
  • Lucky Guy
  • My First Day Alone
  • There's a Reason
  • I Wanna Be Your Lover

Catatan: semua lagu pada album semuanya enak di telinga saya, akan tetapi saya menuliskan apa yang telah saya filter kembali; yakni apa lagu-lagu yang memberikan rasa kepada saya dan bukan hanya terdengar bagus, mereka terdaftar di atas.

我想你会变成这样都是我害的

Ditulis oleh: M. I Ghozali

Saya tidak akan mengaku mengerti arti sebenernya yang diceritakan pada album ini, karena saya sendiri tidak bisa berbicara mandarin, namun saya telah mencoba mentranslate beberapa lirik track pada album ini. Saya sendiri menemukan album ini secara tidak sengaja setelah mendengarkan radio dari rekomendasi teman saya Faris HZ. Semuanya menurut saya terkesan sedikit naik turun dalam emosinya, satu track emosinya akan naik dan kemudian di track selanjutnya kita akan kembali jatuh. Ini merupakan hal yang cukup menarik bagi saya, meningatkan saya dengan album genesis selling england by the pounds. Namun secara keseluruhan dapat kita rasakan atmosfir yang lumayan melankolis, namun disaat yang sama masih berusaha sedikit untuk menarik keluar kita dari aura yang lumayan gelap tersebut. Album ini ditutup dengan track terbaik dan paling poluler berdasarkan jumlah listener dalam album ini, you'll see. Penutupan album ini ada pada low notes semangat dan harapan yang diberikan pada track 鞋貓夫人,Madame!!!, suatu penutupan yang cocok menurut saya untuk mengakhiri masterpiece ini.

Suatu saat saya mungkin akan merevisit album ini kembali, saat batasan bahasa sudah tidak menjadi suatu msalah. Hampir semua track pada album ini saya suka, diantara semuanya, yang paling sering saya degnarkan adalah:

  • 我不小心
  • 瘋狂的豬
  • Tissue Time
  • 鞋貓夫人,Madame!!!
  • You'll See

Melt Away: A Tribute To Brian Wilson

Ditulis oleh: A.C. Pramaditya

Beberapa bulan yang lalu saya sangat antusias mendengarkan aransemen-aransemen Brian Wilson, dari sini saya temukan karya-karya Darian Sahanaja (apa mungkin dibaca sebagai Sahanaya?). Saya menonton kembali rekaman-rekaman konser Brian Wilson bersama dengan band-nya Darian Sahanaja, sungguh nikmat didengar di telinga. Usut punya usut, waktu berlalu dan saya menyadari bahwa She & Him (Duo pemusik indie, M. Ward dan Zooey Deschanel) mengeluarkan single Darlin' serta album tribut kepada Brian Wilson.

Berdasarkan ingatan saya pada petikan-petikan M. Ward pada lagu In the Sun album Volume Two dari band She & Him, tentu saya sangat tertarik untuk mendengarkan perkawinan antara kejagoan gitar M. Ward dengan karya-karya lawas dari Brian Wilson. Ketertarikan saya ternyata terpenuhi. Meski ada beberapa lagu yang tak menarik di telinga saya, tetapi lagu-lagu di bawah ini saya rasa akan nikmat jika didengarkan kalangan publik:

  • Darlin'
  • Don't Worry Baby
  • Wouldn't It Be Nice

Звезда по имени Солнце

Ditulis oleh: R.A. Nuriyan

Pada akhir tahun 2020, saya melihat sebuah video playlist dengan gambar karakter meme Doomer klasik yang berpakaian serba hitam dengan wajah lelah, dilengkapi dengan latar belakang berupa foto sederet apartemen bergaya brutalis peninggalan Soviet yang diambil ketika hari sudah sedikit gelap. Judul dari video tersebut adalah Russian Doomer Music vol.3 (Superior). Kesan suram yang saya dapatkan ketika mendengarkan playlist tersebut adalah awal ketertarikan saya dengan genre post-punk Rusia dan Kino sebagai salah satu band yang sudah berkarya dalam genre tersebut sejak era Soviet di tahun 1980-an.

Album dengan judul yang berarti "Suatu Bintang Yang Disebut Matahari" ini merupakan album yang dirilis oleh Kino pada tahun 1989. Album ini juga merupakan album terakhir yang dirilis Kino sebelum kematian Viktor Tsoi, vokalis mereka. Salah satu hal yang menarik dari album ini adalah penggunaan instrumen (terutama gitar) dengan volume keras untuk mengiringi lirik yang terdengar seperti pikiran yang terkadang muncul pada malam hari mengenai siklus hidup dan mati atau mengenai kerasnya perjuangan hidup yang sudah dilewati sampai titik ini, sehingga terkesan seperti sesuatu yang ingin menenggelamkan pikiran-pikiran tersebut. Hal lain yang menarik adalah lirik-lirik yang menggunakan peperangan sebagai analogi dari perjuangan hidup manusia, yang juga mencerminkan perang Soviet-Afghanistan yang berlangsung selama proses pembuatan album ini serta instabilitas politik secara umum yang terjadi pada penghujung berdirinya Uni Soviet.

Saya merasa bahwa setiap lagu pada album ini enak untuk didengarkan, tetapi jika saya diminta untuk memilih lagu-lagu yang paling menarik, mungkin saya dapat memilih beberapa. Karena saya tidak begitu lancar berbahasa Rusia, saya tidak begitu mempertimbangkan lirik dalam memilih lagu-lagu yang paling menarik tersebut. Menurut saya, lagu-lagu yang paling menarik dari album ini adalah:

  • Апрель
  • Пачка сигарет
  • Стук
  • Невесёлая песня